Sebentar
lagi tahun ajaran baru akan datang. Ujian Nasional (UN) dari Tingkat SMU sampai
SD sudah selesai. Murid kelas akhir tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan
pengumuman nilai hasil UN. Selesai UN dari sekarang sudah harus menentukan
kira-kira sekolah mana yang akan di pilih selanjutnya dengan segala
pertimbangan. Sementara itu baju seragam sekolah yang sudah tidak dipakai lagi
nantinya mau diapakan, mau dikemanakan ? kalau misalnya satu SD meluluskan 2 (dua)
kelas atau sekitar 60 orang dengan asumsi satu kelas diisi 30 orang, berarti
ada sekitar 60 seragam sekolah yang tidak dipakai lagi, lalu jika setiap murid
mempunyai 2 (dua) pasang seragam sekolah berarti jumlahnya 2 kali lipat. Ini
baru dari satu sekolah SD. Bayangkan berapa banyak seragam sekolah yang tidak
dipakai ? apakah masih bisa dimanfaatkan atau disumbangkan ? bagaimana jika
kita bisa menampung seragam sekolah dari tingkatan SD, SMP hingga SMU dalam
satu kota/kabupaten. Tentu banyak yang bisa diperbuat. Pertama; Rapat para
anggota Komite Sekolah seharusnya tidak hanya memikirkan bagaimana acara
perpisahan sekolah tapi harus lebih dari itu, misalnya acara perpisahan
dilakukan dengan mengadakan bazaar baju seragam layak pakai (seragam bekas) yang
berasal dari sumbangan wajib dari murid yang akan lulus tahun ini; bagi adik
kelas yang berminat untuk mendapatkan baju seragam itu harus membayar misalnya
Rp. 10.000,- /kupon yang nantinya kupon tersebut akan ditukarkan dengan seragam
yang mereka pilih di stand bazaar yang digelar disekolah mereka. Tinggal
mencocokan ukurannya saja. Pembagian kupon harus adil dan merata. Uang hasil
penjualan kupon nantinya untuk biaya penyelenggaraan bazaar seperti sewa tenda,
konsumsi, kebersihan dsb. Kedua; jika tidak diadakan bazaar di
sekolah itu maka seragam sekolah hasil sumbangan murid yang akan lulus
dikumpulkan oleh Komite Sekolah untuk disumbangkan ke sekolah mitra atau
sekolah binaan yang masih butuh seragam layak pakai. Sumbangan seragam sekolah
adalah satu bentuk kepedulian sosial kepada siswa lainya karena masih banyak
yang kurang beruntung yaitu mereka yang punya seragam sekolah satu-satunya,
pulang sekolah seragam sekolah dipakai main, sore dicuci, malam dijemur, pagi
dipakai lagi untuk sekolah. Warnanya sudah berubah dari putih menjadi putih
kusam belepotan gak karuan. Untuk alternatif yang kedua ini perlu dukungan dari
pihak berwenang Dinas Pendidikan agar setiap sekolah mempunyai mitra sekolah
binaan. Misalnya SD swasta diwajibkan mempunyai SD mitra binaan yang levelnya
masih kurang (ditentukan indikatornya atau cari data di Dinas pendidikan bisa
jadi diluar kota) dari penyediaan seragam murid, sarana dan prasarana
sekolahnya dsb. Hal ini dilakukan untuk kurun 5 (lima) tahun berturut-turut
tanpa dikenakan biaya apapun, karena program ini dimasukan sebagai salah satu
bentuk CSR sekolah swasta. 5 tahun kemudian SD swasta ini berpindah ke sekolah
mitra binaan yang baru lagi. Mungkin lebih baik diberikan kepada mereka
daripada nyempit-nyempitin lemari pakaian. By Muhlisin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar