Ketika duduk diantrian Kantor Pajak saat
tengah asyik menunggu nomor antrian dipanggil (mendingan nih KPP ada nomor
antriannya !) sambil nonton TV yang gak tahu remotenya di taruh dimana jadi
salurannya itu terus gak bisa dipindah-pindah...tiba-tiba ada yang menyapa “ hei pak...lagi lapor pajak ? “ dia
menyapa sambil menyodorkan tangannya
untuk bersalaman, “Oya pak..betul pak “ ku
jawab dengan lugas dan bijak karena katanya orang bijak taat pajak he ..he...
Beberapa menit kemudian percakapan kami berlangsung hangat, ngobrol
ngalor-ngidul karena sudah lama tidak bertemu sambil tengak-tengok display
nomor antrian. Ada cerita yang menarik buat saya, saat bapak yang sudah berumur
lebih dari setangah abad ini mengeluh mengenai persoalan kantor pajak yang dia
datangi ini terlalu jauh dari tempat tinggalnya sekarang jadi dia ingin
mengajukan pindah ke KPP yang terdekat saja agar lebih mudah dijangkau karena
keterbatasan kondisi fisik yang sudah lemah dan cepat lelah sehingga banyak
menyita waktu dan tenaga kalau dia harus bolak-balik mengurus ke kantor yang
lebih jauh (mungkin dia belum tahu banyak tentang lapor pajak lewat online juga
bisa). Singkat cerita bapak WNI keturunan ini menceritakan tentang pajak diluar
negeri tempat anaknya tinggal di Benua Eropa dia bilang kurang lebih begini bahwa
untuk warga yang akan melaporkan pajak dibuat demikian mudah dan cepat
pelayanannya, soal mudah dan cepat barangkali untuk hal ini Indonesia menurut
dia masih bisa melakukan hal yang sama, tapi di sana... dia bilang bahwa pajak
yang dibayar oleh wajib pajak nantinya akan direward / dikembalikan lagi beberapa persen kepada si wajib pajak pada saat memasuki usia pensiun/
usia tidak produktif. Cerita ini dia dapatkan dari dua anaknya yang tinggal,
bekerja dan mempunyai keluarga di sana. Makanya di Indonesia dia bilang kita
sering melihat turis yang usianya
pensiunan tengah berwisata, bisa jadi dia tengah menikmati reward
pajak dari negaranya yang diambil dari pajak yang dibayarkan oleh dia
ketika masih berusia produktif. (wah
asyik juga kalo kaya gini mah...jadi kita bayar pajak PBB, bayar pajak
Kendaraan, Pajak BPHTB dan barang kena pajak lainnya ibarat nabung....karena
punya persentase tabungan....dijamin gak ada yang telat bayar pajak kendaraan
karena makin banyak bayar maka makin bertambah saldo tabungan hari tuanya....masih
masuk logika).
Kamis, 28 Juli 2016
Selasa, 12 Juli 2016
Memilih sekolah lagi....
Pendaftaran sekolah sudah dimulai dan pengumuman siswa yang diterima disekolah X
sudah diumumkan secara online. Baru pertama kali ini penerimaan siswa melalui
cara online jadi masih banyak yang
gagap proses dan prosedurnya seperti apa yang harus diikuti. Dahulu sebelum
pendaftaran sekolah secara online, orangtua siswa cuma datang ke sekolah yang
dituju dengan membawa persyaratan yang diperlukan. Mendapatkan formulir, mengisi
dan menyerahkan persyaratan lalu tunggu pengumuman (ini lewat pintu depan) tapi
ada juga yang lewat pintu belakang...... (katanya)......Lalu bagaimana dengan
sistem online apakah pintu belakang masih terbuka ? oya jawabannya ternyata pintu
depan tidak dibuka lebar-lebar sepenuhnya, kuota kursi kosong masih tersedia. Bagaimana
caranya ? mungkin anda dapat menyelidiki sendiri....! lepas dari itu semua
sebenarnya seorang siswa yang ikut pendaftaran sekolah melalui sistem online adalah seorang siswa yang ikut
berkompetisi dengan ribuan calon siswa sebayanya, jika lolos dan menempati
urutan seleksi maka nomor urut tersebut akan selalu berubah setiap waktu sampai
waktu masa pendaftaran ditutup. Hari ini jam 16.00 wib nama siswa yang
bersangkutan mungkin masih ada tetapi hari yang sama pada pukul 23.30 wib bisa
saja tersingkir dan namanya pindah dan tercantum di sekolah pilihan kedua
karena perbedaan nilai hasil ujian. Beruntung jika masih tercantum di sekolah
pilihan kedua... kalau tidak...bisa jadi orangtuanya “ketok-ketok pintu belakang” sekolah yang dituju....ada ungkapan
begini “ kalau untuk anak... biar bisa
sekolah.... kepala jadi kaki, kaki jadi kepala ane jabanin dah !” ungkapan
ini bermakan bias bahwa saat ini sudah begitu sangat sadarnya orangtua akan
pentingnya pendidikan atau orangtua malah terjebak dan rela menempuh “cara apapun” yang penting anaknya bisa
sekolah....pertanyaannya apakah benar prinsip dari ungkapan seperti itu ? Ternyata
ada hal yang lebih penting dari itu semua yaitu proses orang tua membimbing dan
mengarahkan anak untuk belajar di rumah adalah yang utama apalagi mereka masih
dibawah umur, jadi tidak hanya
mengandalkan proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah...beruntung jika
pihak sekolah mampu mengemban tugas itu dengan baik kalau tidak akan sangat
tragis nilai anak menjadi anjlok dan kitapun terpaksa ketok pintu belakang
sekolah yang dituju dengan beberapa rupiah yang kita punya....kemudian setelah
anak kita diterima lalu kita lepas tangan lagi untuk membimbing dan
mengarahkannya belajar......nanti nilai anak anjlok lagi dan kita ketok pintu belakang
lagi....(itu juga kalau masih ada pintu belakang).....Terima kasih...selamat
belajar...!
Langganan:
Postingan (Atom)