Selasa, 19 Agustus 2008

Pemanasan Global

Catatan nonton bareng film Inconvenienth truth (Al gore)
Paling tidak ada 3 hal (mungkin bisa lebih) yang bisa dijadikan kata kunci pertama Inspirasi, kedua action dan terakhir kontekstual.
Inspirasi
Kalau boleh dibilang pencerahan mungkin lebih tepat karena PWK-ITI yang sudah cerah (PD sedikit boleh ya..) tapi harus terus dicerahkan. Soal pemanasan global sudah dari dulu orang-orang ngomomgin. Dari buku , film, artikel dan konferensi internasional yang membahas ini. Film kartun The Simson juga udah pernah buat film plesetannya saya melihatnya sebagai hiburan dan ketawa-ketiwi aja. Tapi setelah lihat film ini tentu beda karena dikemas dengan data dan logika yang dapat diterima didukung pula presentasi yang baik (buat Algore jangan GR ya...). Tentu tidak sampai disitu kita harus “do something’ buat lingkungan… tanam pohon kek, reduce/reuse/recycle sampah kek, nggak buang sampah sembarangan, bikin kompos kek, atau yang lainnya yang penting tidak merusak lingkungan....tapi bukan juga improvisasi misalnya ingin mengurangi gas buangan kendaraaan CO2, lantas berangkat ke kantor di Serpong dengan berjalan kaki sementara rumahnya di Pasar Minggu....
Action
Apa yang disampaikan Algore berupa campaign tentang pemanasan memang global cukup tepat (sekali lagi jgn GR ya..) Cuplikan katak dalam rebusan air hangat yang lama-lama menjadi panas sebuah gambaran yang cukup mengena. Dari kecil hingga saat ini kita banyak merasakan yang berubah dan kita anggap sebagai suatu siklus yang berjalan terus dan kita biasa dan tenang-tenang saja menjalaninya. Padahal katak itu lama-lama juga mati karena airnya panas/mendidih.
Kontekstual
Diharapkan kita masing-masing harus punya agenda pribadi/individu setelah melihat film ini. Agendanya tentu sangat tergantung kondisi dan situasi masing-masing individu. Permasalahan (lingkungan) dan solusinya harus kontekstual dan terselesaikan tuntas. Sajian Algore tentu tidak tepat bila kita suguhkan kepada orang-orang kampung misalnya karena sajiannya terlalu science. Memang harus ada cara atau media lain atau mungkin film baru yang kita buat (bisa kali ya...) dimana dapat mudah dimengerti, dipahami dan diikuti sesuai dengan konteks kampung di Indonesia.
by Muhlisin





By Muhlisin

Tidak ada komentar: