Menghela
nafas panjang dan membiarkan angin menghembus peluh yang sudah terasa kian
membasah. Menanti suatu harapan yang entah kapan datangnya. Bersyukur kalau itu
bukanlah suatu pekerjaan yang sia-sia. Begitu kira-kira yang terjadi di suatu
dusun yang sudah lama menantikan berfungsinya MCK Komunal
yang telah dibangun. Kondisi MCK saat ini masih terlihat seonggok butiran pasir
halus yang sudah mengeras, setengah sak semen yang sudah bercampur debu, tembok
yang masih berwarna abu-abu tanpa cat dan keramik yang kotor karena cipratan adukan
masih terlihat. MCK yang dibangun tanpa penyelesaian dan belum lengkap. Masih kekurangan
sambungan listrik serta belum menggali sumur bor sehingga belum dapat digunakan
oleh warga. Warga disini sangat mengharapkan MCK segera dapat dipergunakan.
Khusus untuk buang air besar saat ini warga masih mempergunakan kakus bersama yang
dibangun secara swadaya.
Sementara
di kampung sebelahnya kejadian serupa tapi tak sama juga terjadi. Pekerjaan pembangunan
MCK belum selesai. Pintu kamar mandi dan WC belum terpasang, sudah diaci tapi
belum dicat, kabel instalasi sudah terpasang tapi belum ada sambungan listrik,
sumur pompa bor sudah ada, septick tank sudah dipasang, water tank belum
dipasang. Lalu kemana kami harus mengadu dan menghubungi siapa dan dimana agar
pekerjaan ini dituntaskan. Tidak dapat dipergunakan dengan segera. Seakan kakus
itu berkata “Tahan dulu hajatmu”. Cerita
lama dan usang yang tak pernah singgah di hati kita. Ketika kutanya tentang hal
ini kepada
rumput yang bergoyang, diapun hanya menutup hidung dan selalu ingin
membersihkan dirinya yang sudah menjadi coklat kehitaman akibat hajat orang
yang masih sembarang.
(*Jalan-jalan September 2014)