PLP2K-BK di Kota Tangerang Selatan
Gambaran Umum Kecamatan Setu
Kecamatan Setu memiliki luas wilayah sebesar 14,8 Km² atau hanya 10,06%
dari luas Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Setu terdiri dari 1 Kelurahan dan 5
Desa dengan 170 RT dan 36 RW. Jumlah penduduknya pada tahun 2010 sebanyak
66.225 jiwa terdiri dari 17.092 KK dengan tingkat kepadatan 4.475 jiwa/km².
Dengan laju pertumbuhan penduduk 5,06%.
Kondisi
Morfologis Kecamatan Setu
Sebagai generator kawasan adalah kawasan industri,
kawasan Puspiptek dan kampus ITI dengan sepanjang koridor jalan utama sebagai fungsi perdagangan dan jasa. Pola Jalan Utama berbentuk grid. Infrastruktur utama telah berkembang
baik (jalan lingkungan
sebagian besar sudah dipaving). Bagian utara dan selatan sebagian besar telah terbangun, bagian Barat masih banyak lahan kosong. Sebagian penghuni adalah pendatang, Tingkat perekonomian beragam sedangkan penduduk asli tersebar dan berbaur
terutama di sisi utara, barat dan timur kawasan dominasi fungsi ruang adalah rumah tinggal , kontrakan dan fasilitas
penunjang lainnya.
Penggunaan lahan di kecamatan ini di dominasi oleh
Kawasan industri (Tekno park BSD), Kampus ITI, Puspiptek, serta beberapa
perumahan besar dan kecil (kluster) dan permukiman warga. Adanya kawasan
industri membuat banyaknya tanah yang didirikan menjadi rumah kontrakan.
Kegiatan pertanian sudah tidak banyak dijumpai. Warga banyak yang bekerja di bidang
perdagangan dan jasa, PNS, buruh bangunan, penjual pasir, pengojek, buruh
harian pengangkut pasir, peternak ayam, peternak kambing dan usaha lainnya.
Kemiringan lahan di Kecamatan Setu pada beberapa
wilayah termasuk daerah yang landai dengan kemiringan lahan 0-3% dan sebagian
lagi kemiringan lahannya 3-8%. Banyak sekali bekas galian tanah yang sudah
tidak terpakai lagi dan akhirnya menjadi kubangan hingga saat ini. Pada saat
hujan kubangan ini menjadi penampungan air.
Kondisi
Perumahan dan Permukiman di Kecamatan Setu
Kondisi perkembangan perumahan di Kecamatan ini
cukup pesat karena banyak sentra kegiatan yang semakin berkembang. Perumahan kluster
kecil juga banyak tumbuh, namun biasanya bukan warga asli kecamatan Setu yang
tinggal di sana kebanyakan pendatang dari luar kecamatan atau wilayah lain.
Kondisi permukiman warga asli setempat beragam. Ada yang sudah cukup baik
bertembok dan bahkan berlantai dua, namun ada juga yang masih berdinding setengah
bilik dan berlantai plesteran pada beberapa lingkungan
Gambaran Umum Desa Kademangan
Desa
Kademangan secara wilayah kepemerintahannya terdiri dari 7 Rukun Warga (RW) dan
57 Rukun Tetangga (RT) dengan rincian sebagai berikut :
RW 01
terdiri dari 6 RT yaitu wilayah non-perumahan, RW 02 terdiri dari 7 RT yaitu 6
RT wilayah non-perumahan dan 1 RT Perumahan Pinang mas, RW 03 terdiri dari 8 RT
yaitu 6 RT wilayah non-perumahan dan 2 RT Perumahan Villa Tekno, RW 04 terdiri
dari 21 RT yaitu wilayah perumahan Batan Indah, RW 05 terdiri dari 6 RT yaitu
wilayah perumahan Amarapura, Rw 06 terdiri dari 5 RT yaitu wilayah perumahan
Griya Serpong, RW 07 terdiri dari 4 RT yaitu wilayah perumahan Puri Sentosa.
Kondisi
Morfologis Desa Kademangan
Desa Kademangan mengisi 14% dari total luas
Kecamatan setu. Berada pada ketinggian 68 dpl dan merupakan wilayah yang paling
tinggi dibandingkan dengan wilayah desa/kelurahan lainnya. Desa ini adalah desa
dengan kepadatan tertinggi dibanding desa lainnya karena menjadi konsentrasi
kompleks perumahan. Namun masih banyak juga rumah tidak layak huni. Pada Desa
Kademangan terdapat banyak bekas galian yang lokasinya tersebar di semua
wilayah desa. Kondisi saluran drainase tidak saling terintegrasi dan rawan
Banjir. Kondisi sebagian besar jalan lingkungan sudah baik (paving blok) dan
sudah ada TPST tapi hanya menampung sampah yang berasal dari perumahan saja.
Kondisi
Demografis Desa Kademangan
Luas Wilayah Desa Kademangan adalah 2.06 Km² atau sekitar 206 ha. Jumlah penduduknya
adalah 18.858 dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 9.756
orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 9.102. Adapun jumlah Kepala Keluarga sebanyak 4.977.
Kondisi
Perumahan dan Permukiman di Desa Kademangan
kondisi masyarakatnya heterogen, dihuni beragam suku dari
berbagai daerah di Indonesia.
Para pendatang biasanya tinggal di perumahan-perumahan sementara warga asli
tinggal dan tersebar di permukiman (kampung).
Adanya kawasan industri, Kampus ITI dan Puspiptek
membuat berjamurnya perumahan dan rumah sewa petak/kontrakan/kost-an. Dengan
demikian memicu juga tumbuhnya perdagangan dan jasa (warung makan, ruko,
bengkel, toko sembako, toko material, ada juga usaha bangunan yang hanya
menjual pasir dan batu kali saja).
A.
Identifikasi Permasalahan
Perumahan dan Permukiman
Kumuh di Wilayah Perencanaan
Delineasi
Wilayah Perencanaan
Penentuan delineasi wilayah perencanaan berdasarkan kepada permasalahan lingkungan serta kebutuhan PSU.
Delineasi wilayah perencanaan
Luas wilayah perencanaan adalah 15,1 Ha. Dimana
luasan ini termasuk dalam keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor :
648/kep.375-Huk/2011 tanggal 5 Desember 2011 tentang Lokasi Lingkungan Perumahan dan permukiman Kumuh di Kota
Tangerang Selatan.
Delineasi wilayah
penanganan
Luasan wilayah penanganan adalah sebesar 11,8 Ha.
Wilayah penanganan ini diantaranya adalah wilayah RT 01/01, RT 02/01 dan RT
05/01 juga sebagai lokasi yang memiliki beberapa rumah tidak layak huni sebanyak
18 unit.
kedudukan dan Peran Wilayah Perencanaan dalam
Sistem Tata Ruang Wilayah
Kedudukan dan peran wilayah perencanaan dalam struktur ruang adalah
sebagai SPK II yang memiliki fungsi sebagai perkantoran pemerintahan, dan
perumahan kepadatan sedang.
Historis kekumuhan di Wilayah Perencanaan
Wilayah perencanaan yang posisinya geografisnya
berada di pojok bawah Kota Tangerang Selatan mengalami kelambatan pengaruh
perkembangan pembangunan baik secara fisik maupun bidang lainnya. Pengaruh spread effect dari wilayah DKI Jakarta, Kabupaten
Tangerang atau dari daerah Bogor tidak banyak. Jadi dapat dikatakan selama ini
perkembangan wilayah perencanaan berjalan dengan alami dan lambat. Akhirnya hal
ini juga berpengaruh kepada perkembangan fisik perumahan masyarakatnya.
Termasuk dalam kategori perdesaan dan memang masih banyak rumah yang tidak
layak huni atau dapat dikatakan kumuh bila disejajarkan dengan rumah-rumah yang
ada di kecamatan lain di Kota Tangerang Selatan.
Kondisi Demografi di Wilayah Perencanaan
Penduduk di wilayah perencanaan adalah penduduk
campuran dari penduduk yang sudah lama tinggal di sini dan penduduk pendatang
baik yang pindah dan membuat rumah serta mereka pendatang yang mengontrak
dirumah sewa/kontrakan. Jumlah penduduk pada wilayah perencanaan sebesar 1.860
jiwa terdiri dari 602 KK dan 352 unit rumah.
Kondisi morfologi wilayah
perencanaan
Wilayah perencanaan terutama di wilayah RW 01 ini
adalah juga daerah rawan banjir karena lokasinya yang landai dan banyak
kubangan air bekas galian tanah yang tidak dipergunakan lagi. Tidak adanya
saluran mengakibatkan mau tidak mau aliran air menuju ke kubangan tersebut.
Kondisi saluran yang berkelok-kelok dan dangkal serta banyak sampah membuat air
berjalan lambat pada saat hujan. Kondisi jalan lingkungan sudah cukup baik
karena sudah banyak dipasang paving block baik yang berasal dari APBD maupun
dari program PNPM perdesaan. Namun kondisi drainase masih buruk penanganannya.
Selain tidak terdapat saluran yang saling terintegrasi karena selalu dialirkan ke kubangan bekas
galian. Jalur saluran pembuangan akhir juga tidak dibangun dengan semestinya. Banyak sampah
yang dibuang didepan dan halaman belakang rumah warga. Tidak ada pengangkutan
sampah mereka lebih suka membakar sampahnya. Kondisi air tanah masih cukup
baik, masyarakat masih bisa memkonsumsi air tanah untuk kebutuhan minum dan
MCK.
Penggunaan lahan di wilayah perencanaan
Penggunaan lahan di wilayah perencanaan di
dominasi oleh pengunaan untuk permukiman warga dan kegiatan lainnya seperti
kios, rumah ibadah, rumah sewa/kontrakan, lahan kosong dan penggunaan lainnya
seperti kandang ternak atau posyandu.
Kondisi Perumahan dan Permukiman di Wilayah
Perencanaan
Kondisi perumahan dan permukiman di wilayah perencanaan sangat beragam.
Ada rumah yang sudah bagus dan sudah memenuhi standar, namun masih juga ada
rumah yang dindingnya setengah bilik dan ada beberapa rumah yang atapnya bocor
parah dan tidak mampu diperbaiki.
Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan rumah juga
beragam statusnya ada yang milik sendiri serta ada yang juga berupa warisan
dari orang tuanya. Pada beberapa lingkungan terdapat banyak rumah
sewa/kontrakan yang disewakan pemiliknya namun kadang pemiliknya bukan warga
setempat lagi karena sudah diperjualbelikan tanahnya.
Kondisi Perumahan (kualitas
bangunan, tata letak, intensitas)
Kondisi rumah penduduk di wilayah perencanaan
adalah seperti layaknya rumah-rumah yang ada di perdesaan. Khusus untuk tipe
rumah yang seperti ini atapnya sudah memakai genteng tapi terbuat dari bahan
genteng yang rapuh dan mudah pecah/bocor, dindingnya ada yang masih campuran
setengah tembok dan setengah bilik sementara lantainya ada yang sudah memakai
ubin tapi ada juga yang masih berupa plesteran.
Kondisi PSU Dasar di Wilayah Perencanaan
Kondisi Jalan Lingkungan
Kondisi jalan lingkungan sudah cukup
baik sudah banyak jalan lingkungan yang memakai paving blok yang dipasang oleh
program PNPM atau program lainnya.
Kondisi Drainase
Lingkungan
Kondisi saluran drainase tidak saling terintegrasi
sering terlihat putus pada beberapa ruas saluran. Selain itu berkelok-kelok dan
tidak tertutup membuat banyak sampah masuk ke saluran dan menambah sedimentasi
saluran hingga membuat banjir pada saat air meluap/hujan besar.
Kondisi Sanitasi Lingkungan
Untuk sanitasi pada tiap rumah
terutama fasilitas MCK rata-rata sudah memiliki masing-masing.
Kondisi Sistem
Persampahan
Untuk persampahan belum ditangani oleh masyarakat
baik secara individu atau bersama-sama karena kebanyakan sampah dibuang di
belakang atau di depan rumah mereka masing-masing. Tidak ada TPS atau tempat
penampungan sampah bersama yang dikelola dan ditangani karena tidak ada yang
mau tanahnya dijadikan TPS. Untuk TPST sebenarnya sudah ada di perumahan Griya
Serpong namun hanya menampung sampah yang berasal dari perumahan saja.
Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kondisi wilayah perencanaan yang masih perdesaan
terlihat masih banyak ruang/tanah kosong sehingga walaupun belum ada yang
secara resmi ditentukan tempat sebagai RTH tapi masyarakat merasa masih cukup
nyaman dengan kondisi sekarang ini.
Kondisi Aktivitas Ekonomi di Wilayah Perencanaan
Jenis Pekerjaan
Adanya kawasan industri, Kampus ITI dan Puspiptek
membuat berjamurnya perumahan dan rumah sewa petak/kontrakan/kost-an. Dengan
demikian memicu juga tumbuhnya perdagangan dan jasa (warung makan, ruko,
bengkel, toko sembako, toko material, ada juga usaha bangunan yang hanya
menjual pasir dan batu kali saja). Beberapa warga ada yang mempunyai mobil truk
pengangkut pasir sehingga mereka kadang mendapatkan pekerjaan untuk membawa
pasir dan bahan bangunan lainnya sementara warga sekitarnya mendapat pekerjaan
dengan menjadi kuli angkut pasir.
Pola Pendapatan
Pola pendapatan hanya berasal dari pendapatan
kepala keluarga atau suami kemudian pendapatan itu dipergunakan untuk kebutuhan
keluarganya sehari-hari. Namun bagi ibu-ibu yang mempunyai pendapatan lebih
kadang ditemukan berjualan pakaian kepada tetangga sekitarnya dengan pembayaran
dicicil/kredit perhari/perminggu.
Pola Pengeluaran
Pola pengeluaran biasanya hanya untuk keperluan
dapur, keperluan anak sekolah dan membayar listrik serta bagi yang memiliki
kendaraan roda dua biasanya mereka membayar juga cicilan setiap bulan dengan
range cicilan 3 – 4 tahun dengan besar cicilan perbulan Rp. 300.000,-
Rp.350.000,-.
Kondisi Sosial di Wilayah Perencanaan
Kondisi sosial di wilayah perencanaan cukup baik
dalam arti suasana perdesaan yang masih kental membuat kondisi interaksi sosial
antar warga maupun dengan warga pendatang
berlangung baik. Komunikasi sesama warga unit lingkungan RT mudah dilakukan
karena saling mengenal dengan baik satu dengan lainnya walaupun ada beberapa
warga yang sulit diajak berinteraksi namun menurut ketua RT setempat sebenarnya
mereka bisa diajak berinteraksi dan
berkomunikasi asal pendekatan dilakukan dengan baik dan menghormati hak-hak
mereka sebagai warga.
Kelembagaan Sosial yang ada
Kelembagaan sosial yang ada di wilayah perencanaan
secara resmi tidak ada tapi peran kelembagaan seperti ketua RT dan RW masih
dominan dalam menyampaikan segala informasi yang di dapatkan dari hirarki
kepemerintahan diatasnya yaitu pemerintahan Desa Kademangan. Jika ada musibah seperti kematian atau
lainnya upaya gotong royong dan saling membantu masih sering dilakukan warga.
Warisan Budaya penduduk Setempat
Tidak ada warisan budaya setempat
yang ditemukan sebagai sesuatu yang spesifik khas daerah setempat. Kondisinya
masih sama dengan daerah lainya di Kota Tangerang Selatan.
B.
ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN WILAYAH PERENCANAAN
Analisis Kebutuhan Penanganan Perumahan di
Wilayah Perencanaan
Data data diatas dapat diketahui cakupan rumah
layak huni yang ada pada wilayah penanganan adalah sebesar : 334 unit / 352 unit x 100% = 95 % unit rumah termasuk kategori rumah layak
huni, sedangkan sisanya sebanyak 5 % masuk kategori rumah tidak layak huni. Untuk kebutuhan penanganan perumahan
diketahui terdapat 18 unit rumah tidak layak huni yang berada di RT 01/01, RT
02/01 dan RT 05/01. Dari hasil survei lapangan kebanyakan rumah yang tidak
layak huni ini tersebut atapnya bocor karena gentengnya yang rapuh dan mudah
pecah, kemudian ada yang berdinding setengah bilik dan lantainya plesteran. Ada
juga beberapa rumah yang bagian depannya memakai seng atau asbes serta bahan
lain seadanya. Oleh karena itu jika kebutuhan penanganan perumahan berdasarkan kepada
kondisi Aladin (atap, lantai dan dinding) maka secara material maka rumah-rumah
tersebut memenuhi persyaratan sebagai rumah yang harus dtangani.
Analisis
Kebutuhan Penanganan PSU Lingkungan di Wilayah
Perencanaan
Mengacu kepada Standar kebutuhan PSU maka berikut
beberapa perhitungan kebutuhan akan PSU dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
akan taman bermain pada wilayah penanganan sebanyak 7 unit. Pada saat ini
walaupun di wilayah penanganan masih banyak lahan kosong tempat bermain
anak-anak namun ke depan harus dipersiapkan taman bermain yang resmi.
2.
Kebutuhan
tempat sampah. Tempat sampah ini merupakan tempat pembuangan sementara sampah-sampah
dari rumah yang diangkut oleh gerobak sampah dengan kapasitas angkut 2 m3,
sampah diangkut 3 x 1 minggu (dari rumah ke bak sampah RW).
3.
Kebutuhan
akan sarana penerangan jalan umum (PJU) pada wilayah penanganan disesuaikan
dengan kebutuhan dan situasi di lapangan yaitu dibutuhkan 10 buah PJU pada
beberapa titik persimpangan dan ruas jalan lingkungan.
Analisis Kebutuhan Penanganan Ekonomi di
Wilayah Perencanaan
Kebutuhan penanganan ekonomi di wilayah
perencanaan antara lain yang dapat dilakukan adalah usaha Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) karena ada beberapa warga terutama ibu-ibu yang mempunyai
kegiatan memperjualbelikan pakaian (sandang) dengan cara pembayaran sistem
kredit/cicil. Jadi bantuan permodalan dapat dilakukan untuk meningkatkan kehidupan
perekonomian keluarga sehingga tidak mengandalkan dari pendapatan suami saja.
Ada juga beberapa rumah yang mempunyai ternak seperti kambing dan sapi tentunya
jadi salah satu penghasilan keluarga mereka oleh karena itu kedepan sektor
perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah harus masuk membantu
lebih banyak lagi dengan memberi kemudahan kredit dengan bunga rendah kepada
ibu-ibu dan para pemilik ternak.
Analisis
kebutuhan Penanganan Sosial di Wilayah
Perencanaan
Penanganan yang sifatnya sosial di wilayah
perencanaan antara lain dapat dilakukan seperti penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya penanganan sampah karena selama ini sampah dari rumah-rumah hanya
dibuang ke halaman depan dan belakang rumah mereka. Oleh karena itu perlu
pendekatan kemasyarakatan yang kontinu agar mengerti mengenai pentingnya
penanganan soal sampah ini.
Analisis
Hasil Community Action Plan
Beberapa hasil CAP yang didapatkan dari rembug
warga antara lain :
1.
Pembangunan saluran drainase sepanjang sebelah kiri jalan
Hutama Karya
2.
Pembangunan
saluran drainase lingkungan RT 01, RT 02 dan RT 05 semuanya di RW 01.
3.
Pemasangan
lampu penerangan jalan tenaga matahari (PJU)
4.
Penanganan sampah (pengangkutan)
Jika dipadukan dengan hasil survei ke lapangan dan
maka hasil CAP ini adalah memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat pada
wilayah penanganan.
Analisis
Kendala dan peluang Penanganan di Wilayah Perencanaan
Dari beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada
wilayah penangan maka terdapat beberapa kendala dan peluang yang dapat
diidentifikasikan.
Analisis Kendala
Penanganan di Wilayah Perencanaan
Data kependudukan yang diperoleh tidak dirinci
dalam kelompok usia dan jenis kelamin tingkat pendidikan dsb sehingga keluaran
untuk analisa tidak bisa secara tepat dikelompokkan. Dari empat kegiatan yang
diinginkan oleh warga dari hasil rembug maka kendala yang ada antara lain
kurangnya komunikasi dengan warga yang tanahnya bersentuhan langsung dengan
program/kegiatan. Untuk tanah yang sudah jelas batas-batasnya dan disepakati
warga sebagai milik umum tidak menjadi masalah namun pada saat misalnya saluran
yang akan dibangun dimensinya terlalu lebar tentu mereka akan keberatan. Begitu
juga untuk pembangunan TPS permanen masyarakat banyak yang keberatan mereka
lebih suka disediakan gerobak sampah.
Analisis Peluang
Penanganan di Wilayah Perencanaan
Beberapa peluang yang dapat diidentifikasikan
antara lain bahwa tingkat pemahaman dan kesadaran yang cukup baik dari warga
mengenai kesadaran bahwa wilayah mereka adalah daerah rawan banjir. Sehingga
ada sense yang sama soal ini. Jadi
jika ada stimulan dari pihak pemerintah baik dari pemerintah pusat maupun
daerah tentu akan sangat direspon antusias. Sudah adanya BKM dari program PNPM perdesaaan juga sangat membantu karena
mereka sudah melakukan kegiatan hampir berjalan 3 tahun lebih sehingga
memperkenalkan program PLP2K-BK ini juga tidak terlalu sulit karena dengan
mudah dan cepat dapat dipahami maksud dan tujuannya.
C.
RENCANA RINCI WILAYAH PERENCANAAN
Rencana rinci wilayah perencanaan disajikan dalam
bentuk rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah perencanaan.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Perencanaan
Rencana struktur ruang dibentuk oleh pusat
kegiatan utama dan sub pusat kegiatan. Dalam hal ini yang menjadi pusat
kegiatan utama adalah kegiatan perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang
sisi jalan raya Hutama Karya dan pusat yang kedua yaitu pusat fasilitas Umum
yang berada di sisi jalan Puspiptek raya sedangkan sub pusat kegiatan yaitu
Posyandu yang berada di lingkungan RT 05/01 dan Musholla di lingkungan RT
02/01.
Rencana Pola Ruang Wilayah Perencanaan
Rencana pola ruang yang akan direncanakan
mengikuti perkembangan yang sudah ada di lokasi yaitu sepanjang sisi jalan
Hutama Karya dan sisi jalan Puspiptek raya sebagai hunian komersial sedangkan
hunian swadaya masyarakat berada di
bagian dalamnya yang eksisting sudah banyak rumah sebagai tempat tinggal.