Mulai dari waskat atasan, laporan kemajuan proyek, dan audit.
Senin, 22 Oktober 2012, 07:05
Ismoko Widjaya
Kondisi proyek Hambalang di Sentul, Bogor(VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
VIVAnews -
Proyek pusat olahraga di Hambalang, Bogor, senilai Rp1,2 triliun
berbuntut panjang dan membelit petinggi-petinggi Partai Demokrat. Komisi
Pemberantasan Korupsi menyebut nilai Rp1,2 triliun hanya untuk proyek
konstruksinya. Nilai total sampai proyek pengadaan barang mencapai Rp2,5
triliun.
Proyek yang bernaung di bawah Kementerian Pemuda dan
Olahraga itu pun disebut multiyears atau tahun jamak. Apa sebenarnya
definisi dan syarat proyek-proyek negara yang dikategorikan multiyears? Apakah proyek ini memerlukan ekstra pengawasan?
Menurut Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Agus Santoso,
pembangunan proyek pemerintah yang tidak mungkin diselesaikan dalam
jangka waktu satu tahun dimungkinkan untuk dianggarkan secara
multiyears. Misalnya untuk selama tiga tahun anggaran.
"Kebutuhan
penganggaran multiyears seperti ini didasarkan pada kajian kebutuhan
yang dilakukan kementerian atau lembaga yang bersangkutan. Selanjutnya
diajukan untuk mendapatkan persetujuan," kata Agus kepada VIVAnews.
Tujuan adanya penganggaran multiyears, lanjut
Agus, selain untuk efisiensi prosedur juga untuk memastikan
kelangsungan proyek. Sehingga pasti bisa diselesaikan. Khususnya terkait
dengan kontrak dengan vendor yang sama tanpa perlu proses persetujuan
lagi.
"Ada beberapa simpul kerawanan dalam proyek multiyears yang harus mendapat perhatian dan pengawasan para pimpinan. Antara lain kerawanan pada penggelembungan nilai pekerjaan (owner estimation).
Dan mengatur-atur penunjukan langsung dengan cara KKN," jelas pria yang
juga pemilik peternakan kambing di kawasan Gadog, Bogor ini.
Untuk
meminimalisir kerawanan itu, kata Agus, paling tidak ada 3 aspek
penting yang harus dilaksanakan para atasan. Pertama, memastikan bahwa
prosedur yang telah ditetapkan dapat diikuti dengan baik. "Mulai dari
tahap perencanaan proyek, lelang, sampai pada serah terima pekerjaan,
sebagaimana diatur dalam Perpres no 80 thn 2008 sebagaimana telah
diubah. Terakhir dengna Perpres no 70 thn 2012," ujar Agus.
Kedua,
para atasan dan pimpinan mengawasi secara efektif. Mulai dari waskat
atasan, laporan kemajuan proyek, dan audit. Sehingga penyimpangan,
ketidaksesuaian mutu, dan keterlambatan proyek bisa diketahui di setiap
tahapan sejak dini. "Dan bisa segera diambil corrective action yang tepat waktu dan tepat sasaran," kata mantan Deputi Direktur Hukum Bank Indonesia ini.
Ketiga,
setelah aturan dan prosedur diikuti dan sistem pengawasan efektif
dilakukan, maka yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menjaga dan
memelihara integritas diri para pelaksana yang terlibat dalam setiap
tahapan proyek.
Hanya dengan integritas yang baik, maka Agus
yakin, KKN bisa diberantas. "Kita harus bangga menjadi aparat yang
berintegritas, dan harus malu dicap sebagai aparat yang korup," ujar
Agus.
Proyek multiyears besar butuh persetujuan Menkeu 23 Agustus 2010 12:55
JAKARTA: Pemerintah menegaskan
pelaksanaan kontrak proyek tahun jamak (multiyears) masih harus
mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan, kecuali untuk proyek
mendesak dengan batasan nilai di bawah Rp10 miliar.
Menteri
Keuangan Agus D. W. Martowardojo menjelaskan proyek-proyek mutiyears
yang tidak bisa ditunda biasanya proyek yang pekerjaannya dipengaruhi
oleh faktor cuasa, seperti penyaluran subsidi benih. Kemudian proyek
mendesak lainnya seperti pelayanan yang harus tersedia sepanjang tahun
mulai tanggal 1 Januari, misalnya pelayanan perintis udara/laut, pita
cukai, konsumsi di Lembaga Pemasyarakatan, dan sejenisnya.
"Kontrak
multiyears harus selalu ada persetujuan dari Kementerian Keuangan.
Tetapi, untuk jumlahnya yang relatif tidak besar, itu dimungkinkan untuk
kita delegasikan khususnya bagi pos-pos yang memang harus melewati
akhir tahun dan merupakan suatu pos untuk pelayanan kepada masyarakat
dan tak bisa ditunda-tunda," jelas dia, pekan lalu.
Menurutnya,
klausul tersebut terdapat dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.54/2010
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang telah
ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 6 Agustus
guna menggantikan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 80/2003.
Agus
Rahardjo, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP), pernah menjelaskan untuk kontrak proyek tahun jamak dengan nilai
di bawah Rp10 miliar dikecualikan untuk mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan. Untuk proyek-proyek multiyears berskala kecil
tersebut, wewenang untuk menyetujuinya diserahkan pada
Kementerian/Lembaga terkait.
"Asalkan nilai kontrak tidak lebih
dari Rp10 Miliar, persetujuan langsung dilakukan oleh pengguna anggaran
masing-masing (tidak lagi minta persetujuan Menteri Keuangan)," katanya.
Menurut
Agus Rahardjo, Perpres No.54/2010 akan diterapkan pada kontrak
pengadaan yang ditawarkan setelah aturan tersebut diteken presiden.
"Misalnya kan ada kontrak-kontrak pemerintah yang sudah ditandatangani
sebelum ada perpres itu tetap harus diakui juga," paparnya.
Menanggapai
hal tersebut, Wakil Ketua Komisi XI DPR Harray Azhar Azis mengatakan
proyek tahun jamak berpotensi terhambat atau berhenti total selama
mempersyaratkan persetujuan menteri keuangan dalam pelaksanaannya. Untuk
itu, perlu ada tambahan pasal dalam Undang-Undang No.17/2003 tentang
Keuangan Negara yang menjamin tidak ada pembatalan dari kontrak tahun
jamak pada tahun anggaran berikutnya oleh menteri keuangan.
“Kalau
selama ini kan tidak ada jaminan yang pasti (proyek multiyears) bisa
terlaksana pada tahun anggaran berikutnya. Untuk UU No.17/2003 harus
direvisi dengan menambahkan pasal khusus yang menegaskan, kalau proyek
sudah disetujui (pada tahun berjalan) tidak bisa dibatalkan pada tahun
berikutnya,” tegas Harry.
Sebelumnya, dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 56/2010 terkait Tata Cara Pengajuan Persetujuan
Kontrak Tahun Jamak Dalam Penggadaan Barang dan Jasa Pemerintah
disebutkan proyek idealnya selesai dalam satu tahun anggaran, tetapi
tertunda hingga tahun anggaran berikutnya, tidak dapat diusulkan untuk
mendapatkan persetujuan kontrak tahun jamak dari Menteri Keuangan.
Ada
empat kriteria kontrak tahun jamak yang dipersyaratkan. Pertama, sumber
dana pekerjaan berasal dari rupiah murni. Kedua, substansi pekerjaannya
merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output. Ketiga, secara
teknis pekerjaannya tidak dapat dipecah-pecah. Kempat, waktu pelaksanaan
kegiatan pokoknya secara teknis memerlukan waktu penyelesaian lebih
dari 12 bulan.
KJD ini lahir dari kegelisahan, aku ini gak pinter tapi telah
menjadi ‘sesuatu’ paling tidak menurut ukuran ibuku dan ibuku bangga akan hal
itu, sementara banyak teman-teman yang dipuja karena angka-angkanya bagus tapi
tidak menjadi apa-apa, tapi itu juga bukan ukuran surga dan neraka. Jadi
ternyata cinta Allah itu abstrak setiap orang ditugasi dengan caranya, nah aku
memulai dengan pendidikan, bahwa aku pikir kalau sekolah menjadi mahal kelak
akan menggerogoti bangsa ini dan kelak akan ada Tsunami yang lebih dahsyat dari
Tsunami di Aceh bukan oleh air tetapi oleh gelombang kebodohan dimana-mana,
yang keluar dari pendidikan malah mencari kerja bukan menciptakan lapangan
kerja... klise memang... tapi itu sebenarnya sesuatu yang menjadi dasar telah diabaikan, lalu Dik Doang dibilang baik
melakukan ini, padahal buat aku baiknya dimana ? karena semua orang harus
melakukan perbuatan baik tapi karena orang tidak melakukannya, aku dianggap
baik itu kan aneh. Aku pikir Sakinah
itu tentram, Mawadah akan mewadahi
lingkungan yang menentramkan itu, maka aku pastikan negara ini akan mendapat Warahmah dari keluarga-keluarga itu
jadinya aku ingin menanamkan ilmu pada anak, anak arrahman, anak arrohim
agar ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan bermanfaat bagiorang lain dan insya Allah makin dekat dia
dengan agamanya dengan tuhannya dengan dia berilmu, jadi kalau ada pendidikan
akhirnya bersandar pada kedudukan dan jabatan aku rasa bukan itu tujuan kita.
Sejatinya tujuan
pendidikan itu seperti apa menurut pandangan bang Dik ?
Ki hajar Dewantoro menamakan tempat belajar itu Taman siswa
bukan sekolah ! jadi aku bilang kita belajar bisa dimana saja. Sekolah itukan
tempat mengasah, mengasah bisa di bawah pohon, di bawah rintik hujan dan
dimana-mana karena pengertian belajar itu di sekolah orang hanya berpikir
belajar itu cuma di sekolah dan di luar tidak ada tata krama, di persimpangan tidak
ada sopan santun jadi cuma sekolah saja yang jadi tempat belajar padahal itu
adalah asahan. Kebenaran adalah keburukan yang terasah, kebajikan itu kebenaran
yang telah teruji dan sekolah itu harus tempat salah karena di luar itu menjadi
kebenaran, tapi kalau segala sesuatunya menjadi benar di sekolah misalnya orang
harus rangking sekian dan segala macamnya, pertanyaannya adalah dimana posisi
baik dan buruk, neraka dan surga, salah itu harus ada, nah di sekolah itu orang
boleh mencoret kertasnya sendiri kalau salah gak usah dihapus teruskan saja
karena jika sudah di alam kehidupan kita tidak boleh salah. Kalau kau belajar
mengemudi ya harus di tempatnya tapi kalau di luar itu salah atau nabrak tidak
boleh, nah konsep harus benar di sekolah itu tidak ada ruang-ruang
kesalahan-kesalahan, ini yang menjadi tidak terjadinya keseimbangan. Jadi semua
ada ruangnya, kamu boleh telanjang tapi di kamar mandi dsb, jika ruang dan
waktu itu presisi atau tepat makanya itu di sebut moment. Jadi kalau ada orang
terkenal itu karena ruang dan waktunya telah bertemu. Kita harus mencari tahu bagaimana
supaya kita bisa menyatukan ruang dan waktu itu selalu seiring.
Terkait penamaan
tempat ini kenapa harus memakai Kandang Jurang Doang ? Apa ada makna sendiri ?
Allah juga memberi makna sendiri pada nama Muhammad dengan
huruf double M, Allah dengan huruf L double tapi nama lain tidak diberi huruf
double. Jadi ketika aku bermesraan dengan kehidupanku kujadikan ini kemesraanku
sendiri, KJD apa sih itu ? tapi ini adalah benih-benhih penderitaan yang
kunikahi maka orang tidak berpikir KJD itu adalah sesuatu yang naif tapi cinta-Nya
yang telah diberikan kepadaku di Ciputat ini dengan bentuk yang sangat abstrak
sekali. Jadi silahkan berikan anakmu, lingkunganmu dengan kemesraanmu yang
lahir dari cahaya pengetahuan dan ilmu. Kandang itukan tempat binatang, padahal
binatangkan ingin bebas, disinilah kesalahan memandang cinta secara keliru
padahal kalau benar misalnya tanamlah biji, siramlah, beri pupuk dia akan tumbuh
dan berdaun rindang kemudian kita berteduh di bawahnya burung-burung menghampiri
dan sebagai konsekuensinya kita harus menyapu daun-daun yang berguguran. Sabda Rasullulah
turun, apa yang kamu khawatirkan terhadap burung-burung itu, bukankah setiap kali
musim berganti burung-burung itu tinggal mengambil hasil panen, ketika kemarau
berkepanjangan dia tinggal menukik di lautan, ikan-ikan sudah tergenang di
permukaan dan hanya karena ego kita manusia, burung kita pelihara kotorannya
mengering terjadi flu burung lalu unggas kita bantai apa yang terjadi tidak ada
keseimbangan, ulat bulu dimana-mana padahal itu makanan pokok burung. Apa kita
tidak bisa ayatnya ‘Iqro’.
Kata Jurang, jurang itu pemisah antara dataran tinggi dengan
dataran rendah antara si miskin dengan si kaya, selama ini banyak sekolah kaya
anak miskin tidak bisa masuk begitupun sekolah orang miskin orang kaya tidak
berkenan di situ, lalu kapan mereka pernah bersentuhan, nah di KJD ini aku
harap tidak ada lagi pemisah itu. Yatim piatu itu sesungguhnya adalah yang
ditinggal ayah dan ibu, tapi dalam tingkat yang lebih tinggi lagi ditinggal
bapak miskin pendidikan ditinggal ibu miskin kasih sayang, jadi kalau ada ibu
tidak punya suami tapi punya anak jangan diberi kasih sayang tapi beri dia
pendidikan demikian pula sebaliknya. Dalam esensi ini kebanyakan orang salah paham
menganggap pendidikan adalah tugas ibu bukan sebagai tugas bapak. Sehingga
banyak sekali yang menitipkan pada ibu dan jeleknya lagi anak-anak menjadi
manja selalu ingin instant. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi yatim piatu itu
adalah miskin iman dan akhlak. Jadi pengertian yatim piatu di dalam marifatnya adalah orang yang miskin iman
dan akhlak, boleh jadi dia adalah anggota DPR, pejabat atau lainnya jika dia
tidak punya iman dan akhlak maka dialah yatim piatu sesungguhnya, kita tinggal
lihat saja apa yang yang terjadi pada saat mereka memimpin. Rasullulah tidak
pernah mengajarkan kita untuk meminta tapi kita yang mampu memberi, tetapi kenapa
sekarang ada tulisan rumah yatim piatu memasang nomor teleponnya besar-besar,
bikin yayasan dan membuat proposal, sebenarnya tidak ada yang salah akan hal
itu tapi cukup Allah sebagai dukungan. Ini jalan berat, jalan tidak berujung
tapi ketahuilah ada batasannya seperti Al-quran diturunkan ada masa 22 tahun, 2
bulan, 22 hari jadi jika hanya baru 2 tahun atau 5 tahun kita sudah berkeluh
kesah berarti dia terlau berkecil hati. Alam mempunyai cara sendiri untuk
merapikan dirinya sendiri....
Bagaimana sejarah KJD bisa sampai di Kota Tangerang Selatan ini ? untuk sejarahnya mungkin cerita dari Bang Dik (Dik Doang maksudnya) lebih tahu dan lebih lengkap..tapi saya hanya menambahkan bahwa semangat di KJD ini adalah semangat untuk hidup saling berbagi dan bagaimana caranya membuat sekolah bagus tapi gratis, sebenarnya kami belum layak di sebut sekolah namun kami lebih suka disebut komunitas kreatifitas KJD. Di dalam Komunitas ini ada berbagai macam kelas, karena kelasnya dimana kita mau belajar di situ buka kelas maka seringkali kami disebut juga sekolah alam. Bang Dik memulai dari mulai Kemayoran sampai pindah ke Ciputat, secara resmi KJD dibuka 23 mei2005, semangatnya hidup saling berbagi dengan cara teman-teman yang mau berperan di sini mengambil pos-pos dimana mereka teman-teman yang mau berbagi atau mengisi, awalnya kami menyebutnya volunter/relawan yang identik dengan bencana padahal tidak ada bencana yang terjadi disini malahan keberkahan yang ada olehkarena itu kemudian bang Dik mengubah penamaannya menjadi pegawai sholeh (dengan harapan mereka menjadi sholeh dalam arti sebenar-benarnya).
Bang Dik juga punya visi bagaimana masyarakat sekitar juga mendapat berkah dan dapat berperan serta, kami tidak meminta bantuan kepada pemerintah atau pihak swasta namun kami membuat paket-paket kegiatan yang kami jual yang memanfaatkan alam sekitar misalnya dengan outing, memandikan kerbau, menangkap ikan, menanam padi dan lahan tidur yang kami manfaatkan untuk outbond. Dari semua yang dibayarkan itu uang yang berhasil didapatkan dari kegiatan paket paket tersebut kami sisihkan yaitu 60% kami masukanke kas sekolah alam KJD 30% untuk pegawai sholeh, dan 10% lagi untuk kegiatan sosial seperti yang kami misalnya bhaki sosial, sunatan massal, santunan buat petani pada saat lebaran dsb. itulah kegiatan subsidi silang yang kami lakukan disini, semua kegiatan yang berkaitan dengan paket-paket itu dikenakan biaya namun kami dalam promosi KJD selalu lebih mengutamakan sekolah alamnya karena tidak ingin yang muncul image mencarai keuntungan semata karenanya kegiatan paket komersil sama sekali tidak pernah kami iklankan dan kami tidak ingin semangat KJD ini berubah semangatnya dari non-profit malah ke profit taking. Syukur alhamdullilah sampai sekarang KJD dapat berjalan lancar dengan sistem yang kami buat seperti itu.
Ada berapa kegiatan yang dilakukan di KJD ? lebih kurang ada 8 kelas terdiri dari kelas fotografi, perkusi, gambar, paduan suara, sanggar tari, kelas bola, gitar, vokal dan kelas komputer. Khusus untuk kelas gambar mereka harus mengikuti tes ala KJD kemudian apabila lolos baru mereka boleh menempati kelas-kelas tersebut. Silaturahmi antar kelas kami lakukan pada hari minggu pada kelas gambar dan yang mengisi adalah Bang Dik karena dialah yang berkompeten dalam gambar dan desain. Bagi kelas gambar tidak selalu mereka yang lulus seleksi namun bisa saja mereka yang berminat, bisa sekali datang atau kapanpun mereka datang bolehikut kelas gambar tergantung peserta bebas memilih.
Mas Fadly sejak kapan bergabung dengan KJD ? saya tinggal di kompleks ini sejak SMP (lokasi KJD ada di kompleks perumahan Alvita/Pondok sawah Indah), mulai intens bergabung sejak 3 tahun terakhir, di KJD kami tidak terikat sepertifreelance begitulah, perlu saya terangkan soalnya tenaga disini saya sendiri merangkap di back office dan urusan lapangan di KJD. Sebenarnya bang Dik mau mengangkat semua yang terlibat sebagai pegawai, namun apalah daya karena dana terbatas dan apabila diangkat semua pegawai sekarang saja ada sekitar 70 orang oleh karena itu pegawai yang diangkat/ in house baru 15 orang selebihnya sifatnya freelance. Kecenderungannya apabila dari awal sudah ingin mencari uang mungkin dengan adanya seleksi alam pasti sudah pergi sendiri, namun bukan berarti saya sendiri tidak perlu uang namun saya mencoba menjalani yang dimaksud mas Dik. Berhadapan dengan anak didik kami dituntut kreatif, ayo teman-teman ciptakan sesuatu ciptakan sesuatu. Namun para pegawai sholeh disini diharapkan bisa bertindak lebih dari itu, maksudnya bahwa Mas Dik ingin mereka juga menjadi pembimbing, imam juga dan pedagang juga (Mas Dik sangat berkaca kepada rasullulah) akhirnya di buat oleh Mas Dik distro-distro dan siapa saja yang berminat silahkan ikut. Alhamdulillah apapun yang kami jual laku. Jadi untuk peserta kami pacu untuk kreatifdan bagi teman-teman pegawai sholeh kami harapkan produktif menghasilkan uang. Anak-anak sering diajak manggung dan sering mendapat fee baik dari transport atau uang lelah dsb mereka senang namun Mas Dik mengingatkan mereka supaya jangan sampai hanya mencari uang tapi harus banyak berkreasi sebanyak mungkin, dengan demikian diharapkan nanti pekerjaan atau uang akan mencari mereka.
Untuk jangka panjang harapan apa yang dinginkan oleh KJD ? diharapkan dari KJD lahirnya generasi / SDM yang berbeda dari sebelum sebelumnya dan diharapkan mempunyai jati diri yang cukup kuat. Sistem kelas berjalan selama 1 tahun dengan kurikulum ala KJD misalnya kami mulai dari sesuatu yang paling dasar dan bertahap seperti untuk belajar gitar kami mulai dari perkenalan kunci-kunci grif A, B, C dst , kemudian belajar membawakan lagu orang lain dengan rapi dan benar dan tahapan terakhir disuruh menciptakan lagu apa saja bebas semau mereka. Dan setiap hari minggu ada panggung yang kami namakan konser mingguan semua kelas naik pentas, ada yang nonton atau tidak ada yang menontontidak masalah untuk melatih mental mereka. Dilakukan sore setelah sholat Ashar, paginya sekolah alam jam 08.00 sampai jam 10.00, kadang ada kelas untuk orang tua jam 10.00 sampai 12.00. Sekolah menjadi ibu juga diajarkan disini diharapkan si ibu dapat menyeimbangkan dengan pengetahuan si anak atau pengetahuan tentang gizi anak dan psikologi anak maka kami undang yang berkompeten di bidangnya. Singkatnya di sini adalah bekal seorang ibu terhadap anaknya, walaupun kami hanya sekedar diskusi namun diharapkan ada manfaatnya.
Kegiatan KJD hanya sampai magrib saja. Luas KJD kira-kira 2,5 Ha itu yang dilansir oleh sebuah artikel surat kabar Kompas hasil penghitungan mereka sendiri kami belum pernah mengitungnya secara tepat. Disini adalah lokasi KJD II, KJD yang pertama lokasinya di dekat rel, kemudian kami juga punya KJD III di kampung Cidokom kelurahan Rumpin Gobang dari terminal parung masuk ke arah Leuwiliang dan Jasinga perjalanan 1 jam dari situ di sana baru lokal kelas saja yang dibangun. Kelas yang ada disini intens kami adakan misalnya untuk kelas komputer yang hanya ada 8 buah PC maka apabila ada yang bolos selama 3 x pertemuan langsung dicoret dan digantikan dengan yang lainnya yang mau ikut. Tahun lalu saya mengajar tentang komputer dng cara yang mudah diterima misalnya untuk menyimpan data harus di simpan di laci (Folder maksudnya). Untuk kelas gambar mempergunakan komputer kami gunakan photopaint hingga photoshop. Untuk kelas fotografiada yang sudah lulus, kriteria dianggap lulus karenafoto-foto yang mereka hasilkan sudah bisa dinikmati padahal mereka baru duduk di bangku SMP.Usia didik di sini paling kecil usia kelas 3 SD, kecuali kelas gambar tidak ada pembatasan umur. Untuk teman-teman yang sudah besar disarankan selain ikut kelas diminta juga untuk ikut serta melancarkan proses pelajaran ikut membantu sebagai asisten atau pengasuh. Untuk sekolah alam kami prioritaskan bagi warga sekitar lokasi sepertidaerah Pamulang, Ciputat dsk. Saya (fadly) sebagai Penanggung Jawab Umum KJD dan semua posisi setiap tahun selalu di rolling...
Jika melihat persoalan di lapangan salah satu persoalan yg dihadapi oleh Tangsel adalah masalah sampah, sepertinya ini jadi salah satu fokusmasalah yang harus diselesaikan.Bagaimana bapak melihat persoalan sampah di Tangsel ini ?
BEST konsen di penanganan sampah rumah tangga, sampah banyak menumpuk di pasar-pasar seperti Ciputat dsb sementara coverage pelayanan penanganan sampah oleh pemerintah biasanya baru hanya mencapai 20% dari total sampah yang ada. Jika penduduk Tangsel misalnya 1,3 juta jiwa dengan volume sampah yang dihasilkan perorang diasumsikan average 2 lt/hr, maka akan menghasilkan ± 2.600 m³/hr sampah demikian beliau menghitung secara gobal. Sekarang di Tangsel TPA sulit dan mau direncanakan di Cipeucang namun masih belum berjalan efektif, dengan sudah definifnya walikota Tangsel tentu sudah tidak bisa lagi membuang sampah di tempat lain misalnya di Jatiwaringin (Kabupaten Tangerang). Semua TPA di Indonesia masih Open Dumping, padahal target MDG’S kita UU No. 18/2008 diketahui bahwa 5 tahun setelah itu tidak akan ada Open Dumping dan coverage pelayanan sampah hingga mencapai 80%, padahal di Indonesia jangankan Open dumping TPA-nya saja sulit.
Lalu BEST harus mulai dari mana ? Muncul pertanyaan, sebenarnya siapakah yang menghasilkan sampah ? tentunya masyarakat, namun masyarakat itu sendiri juga persepsinya tentang sampah pertama masih menganggap sampah adalah sampah yang tidak berguna dan tidak berharga, tentunya masyarakat juga enggan berinvestasi di penanganan sampah namun jika untuk membeli emas, rumah dll mungkin mereka mau tapi untuk membayar sampah mereka tidak mau yang kedua masyarakat masih menganggap sampah adalah tanggungjawab pemerintah daerah/kota, padahal pemerintah sendiri tidak sanggup mengelola dan menangani sampah tanpa bantuan masyarakat. Jika coverage penanganan sampah oleh pemerintah kini hanya sekitar 20% lalu berdasarkan target MDGS harus naik hingga 70% tentunya mereka harus mencari cara how to achieve naik sesuai yang ditargetkan. Korelasinya biasanya anggaran untuk penanganan sampah dinaikkan 10 % misalnya, tapi ada laju inflasi 10%, pertambahan penduduk naik 3% , pertumbuhan ekonomi juga naik 3 % artinya secara real tidak berarti apa-apa kenaikan anggaran tersebut.
Harus disadari bahwa penghasil sampah harus membayar,volunter must be pay...konsep 3 R (Reduce, Resuse, Recycle) reduce misalnya jika makan harus dihabiskan, kalau beli obat ambil obatnya jangan ambil plastiknya. Kalau bisa di rumah tangga sampah dipilah, mana sampah basah (kita buat kompos) dan mana sampah yang kering, yang masih laku kita jual dan yang residu saja yang kita buang ke tempat sampah. Jadi konsepnya sampah kita tahan dari individu kemudian skala rumah tangga, lalu skala kawasan dan jika tidak mampu juga baru TPA. Namun paradigma yang ada sekarang adalah tidak ada pengurangan (reduce) tapi langsung ke TPA, padahal kita tahu di hilir TPA tidak ada di Tangsel, mungkin salah satunya siapa yang mau wilayahnya ketempatan TPA.
Oleh karena itu BEST sendiri juga kampanye terus menerus dengan SDM yang sedikit akhirnya hanya bisa main di tingkat kawasan, namun sekali touch 1.500 KK atau lebih. Saya membagi perilaku membuang sampah masyarakat dibagi dalam empat kelas : kelas pertama preschool cirinya adalah orang membuang sampah sembarangan,kelas keduaelementary, dia buang sampah pada tempatnya : tahap berikutnya buang sampah dengan dipilah-pilah , tahapan lanjutannya (advance) adalah sudah berperilaku dengan berusaha tidak menghasilkan sampah.
Pada perilaku mana sampah paling banyak ? yaitu di kelas preschool dan elementary. Namun yang terjadi pada para experts sampah selalu menyarankan melompat kelas, orang yang tadinya buang sampah sembarangan langsung disuruh memilah. Lalu misalnya dibuat pelatihan pengelolaan sampah 200 orang, dengan cara penyuluhan pemilahan dsb paling cuma mampu bertahan beberapa bulan saja lalu hilang karena kelas yang advance paling hanya beberapa orang saja misalnya seperti bu Banjarsari, dsb. Dalam hal ini BEST kemudian menetapkan ingin bergerak di kelas rata-rata saja skala kawasan (preschool dan elementary) dengan membuat TPST. Sampah dikumpulkan kemudian dibawa ke TPST, dipilah, ada yang dibuat kompos, recycle dan yang benar-benar residu 30% dibuang ke TPA. Persoalannya adalah siapa yang membayar penanganan sampah seperti ini ? kalau rakyat tidak mungkin karena terlalu mahal, tapi operasi dan maintenace mereka bisa. Oleh karena itu investment dari pemerintah , perawatan dan pemeliharaan oleh masyarakat, karena melibatkan masyarakat maka pembangunannya tidak bisa kontraktual atau borongan/pihak ketiga. Masyarakat harus dilibatkan. Biar mereka punya Sense of responsibliity. Mereka tahu anggaran dan penggunaannya,berapa biayanya ? dst. Kami coba di Mustika tigaraksa dan berhasil sampai sekarang dengan melibatkan masyarakat, dari sana kami coba di Telaga Bestari, kami ke Sidoarjo dan dimplementasi di sana dan juga berhasil. Menurut saya suatu kegiatan bisa disebut berhasil jika konsep itu bisa direplikasi di tempat lain. Kita tidak bicara pabrik kompos, tas atau yang lainnya tapi kami ingin mengurangi sampah yang dihasilkan. Jika kami membuat pabrik kompos bagaimana jika tidak laku ? masyarakat bisa frustasi akhirnya tidak ada insentif untuk mereka tentu bisa berakibat mereka bisa tidak tertarik lagi. Kami menempatkan Kompos tidak sebagai revenue utama bukan sebagai andalan pendapatan. Beberapa TPST yang kami pernah tangani yaitu di Sampora, Griya Serpong, Sarua, Villa Pamulang Mas, Bermis, Mustika Tigaraksa, Telaga Bestari dll.
Pada suatu siteplan perumahan pada saat dibuat fasos fasum cuma ada rumah ibadah, TK, taman, sarana olahraga dsb lalu tempat sampahnya mana ? nah dari cerita ini dalam target MDGS mestinya seorang manajer kota berpikir target MDGS tercapai, dan uang yg ada cukup. Karena jika harus mengejar menaikkan coverage pelayanan sampah hingga 70% dengan sistem angkut buang, maka berapapun uang pemda yang ada pasti tidak cukup. Waktu itu impian saya setiap perumahan harus mempunyai TPST sendiri dan bagaimana hanya 30% sampah yang benar-benar dibuang, dan pada saat pemda membuat incenerator maka akan dapat dilaksanakan. Kenapa incenerator gagal karena sampah yang ada adalah sampah yang belum dipilah atau terlalu banyak sampah basahnya sehingga kerjanya tidak maksimal,yang terbakar hanya bagian luar saja. Di Tangsel anggaran pengelolaan TPA hanya 100 juta/tahun dan hanya utk mendorong2 sampah saja sudah habis.
Bagaimana ngakali supaya masyarakat mau mengurus sampah. Filosofinyaorang itu mau jika apa ?. Jika saya dapat memecahkan masalah saya dan dapat apa. Syarat-syarat ini yg kami buat dan dikemas. Kami LSM BEST berpikir bagaimana masyarakat harus untung, pemerintah untung, developer untung tapi adakah itu ? ternyata kami bisa melakukan itu. Manfaatnya ada masyarakat yg bekerja, pemerintah dapat untung juga, organisasinya juga mudah dikomplain dsb. Kami memang tidak melakukan pemilahan dalam skala rumah tangga, kami tdk sanggup, kami hanya menahan di skala komunitas. Mungkin kondisi ideal tercapai pada masa depan, generasi saya tidak melihatnya.Dari usaha kami telah tercapai achievement mereka termotivasi membuat tas dll. Umur TPA kita akan semakin panjang bisa 2 kali lipat, frekuensi angkut truk akan berkurang, kemacetan akan berkurang dan mengurangi emisi gas. Mengurangi gas metan ke udara di TPA melalui treatment sederhana ini.
Dulu pada saat awal-awal kami tidak dilihat orang namun sekarang banyak yang sudah minta. Kami tidak mengelola sampah di pasar, karena di pasar siapa yang akan membayar ? BEST tidak mengajari masyarakat untuk disubsidi meminta kepada pemerintah. Biarlah masyarakat hidup di sistem pasar,yang jika harus bayar, maka harus bayar.
Dulu di Mustika Tigarakasa bayar sampah Rp. 1000,- lalu jika ada 100 KK berarti hanya Rp. 100.000,- itupun belum tentu bayar tepat waktu, dan siapa yang mau dibayar mengelola sampah dibayar cuma Rp. 100.000,-, lalu coba dinaikkan menjadi sekitar Rp. 1.000.000,-/bulan sudah ada yang mau, artinya apa sesungguhnya iuran sampah yang mereka bayar tidak realistis, lalu lewat negosiasi selanjutnya disepakatirp. 4.000,-/bulan. Namuan konsep ini jangan dibawa ke skala kota karena akan banyak reaksi.
Saat ini di lapangan mereka yang mengelola TPST malah lebih banyak pengalamannya. Kami hanya memberikan basic knowledge saja. BEST melalukan people to people learning dari Mustika Tigaraksa kami minta mengajari di Telaga Bestari, dari Telaga bestari kami minta mengajari di Bermis dst. Saya hanya memanage resources itu berjalan. dengan intervensi sederhana.
Uraian pintu masuk ke komunitas ?
Pada bulan Juni 2004 BEST memulai program “Sampah Pro” di Tangerang. Program ini menggunakan motor kecil beroda tiga untuk mengumpulkan sampah pada rumah warga yang turut berpartisipasi setiap dua kali sehari. Setelah gerobak ini penuh, sampah kemudian diangkut ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) untuk diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Kegiatan ini menarik perhatian beberapa warga perumahan Mustika Tigaraksa, perumahan baru dengan penghuni sekitar 1,600 keluarga berpenghasilan menengah bawah. Tidak ada layanan pengumpulan sampah resmi yang disediakan oleh pihak pengembang atau pemerintah daerah: pihak pengembang mengumpulkan sampah dengan jadwal yang tidak pasti, dan Pemerintah Kabupaten Tangerang bermasalah dengan keterbatasan kapasitas transportasi (hanya 700 m3/hari dari 2000m3/hari yang harus diangkut ke TPA) dan kurangnya tempat pembuangan. Pengelolaan sampah sulit berjalan dengan efektif jika ongkos yang ditarik hanya Rp. 1,000/KK/bulan. Sebagian besar sampah rumah tangga ditumpuk begitu saja di lahan kosong, sehingga merusak pemandangan dan menimbulkan risiko pada kesehatan masyarakat.
Kegiatan: Tiga gerobak motor kecil mengumpulkan sampah dari RT-RT yang turut berpartisipasi. Dua kali sehari pekerja ‘Sampah Pro’ memasuki lingkungan setempat dengan gerobak motor untuk mengumpulkan sampah. Di setiap gerobak motor dipasang pengeras suara yang memperdengarkan jingel dan kedatang gerobak ‘Sampah Pro’. Warga penghuni adalah anggota jaringan sampah pro, yang membayar bulanan untuk pengumpulan sampah, atau mereka membayar per kilogram sampah.
Bukan hanya pengumpulan sampah yang berkembang, tapi juga kegiaran daur ulang sampah. Diatas lahan yang disediakan oleh pihak pengembang, BEST membangun TPS yang juga berfungsi sebagai tempat daur ulang, dimana sampah dipisahkan menjadi sampah yang dapat didaur ulang, tidak dapat didaur ulang dan sebagai bahan kompos. Sampah untuk daur ulang meliputi kaca, plastik, logam dan kertas yang akan dijual ke pabrik untuk diolah kembali. Sampah yang tidak bisa didaur-ulang diangkut ke TPS pemerintah dua kali seminggu dengan truk. Sampah untuk bahan kompos dimasukkan dalam tong berisi bakteri selama dua minggu, lalu ditaruh di kotak terbuka untuk pengomposan lebih lanjut dan pengeringan.
Saat ini programnya tidak hanya untuk pengelolaan sampah. Didukung oleh kesadaran lingkungan yang semakin baik, kegiatan dalam berbagai aspek lingkungan dicoba, termasuk pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) rumah sakit, pembangunan MCK plus ++ (WC umum dengan sarana tambahan), dan produksi biogas sebagai pengganti minyak tanah. Selama program tersebut berjalan, BORDA membantu BEST sebagai mitra konsultan dan membiayai pembangunan.
Hasil:Sampah dikumpulkan secara berkala, dan lingkungan permukiman dijaga kebersihannya. Kegiatan pemilahan sampah dan daur-ulang telah mengurangi 54% volume sampah yang harus dibuang dan memperpanjang umur TPA. Frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dengan menggunakan truk menjadi berkurang dari 45 kali sebulan menjadi 8 kali sebulan. Selain itu, para warga masyarakat mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 600 ribu per bulan dari penjualan sampah kering dan kompos.
Secara keseluruhan pengelolaan sampah yang dilakukan cukup memadai dan secara perlahan mengarah pada prinsip pendanaan cost recovery (operasi dan pemeliharaan saja).
BEST dengan jelas menyatakan misinya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan prinsip partisipasi. Hal ini diterima dengan baik oleh warga yang ikut serta dalam program tersebut dan mereka memberikan respons positif terhadap jadwal pengumpulan sampah dan pembayaran iuran anggota sebesar Rp. 4,000/KK/bulan. Pengumpulan dana melalui penjualan kompos dan bahan daur-ulang semakin menopang kemandirian dan rasa percaya diri masyarakat.
Keberhasilan ini terjadi karena dukungan berbagai pihak ketiga; BORDA sebagai donor utama, lahan yang disediakan pihak pengembang sebagai sarana utama, dan pemerintah daerah mampu menyediakan pengangkutan sekunder ke TPA, karena jika hal ini tidak dilakukan akan membuat kondisi TPS semakin semrawut.
dari cerita di atas akhirnya mereka yang biasa buang sampah di sembarang tempat akhirnya berubah polanya, mereka tidak lagi membuang sampah ke sembarang tempat tapi mengumpulkan sambil menunggu petugas yang mengambil sampah.Namun ternyata ada sub sistem lain yang terkena dampaknya, supir truk protes karena sampah yang tadinya dibuang sembarangan akhirnya berubah arusnya menjadi dibuang ke TPS dan armada truk harus bekerja keras, frekuensi angkut sampah mereka menjadi naik. Jadi sesungguhnya bila ada kata bupati/walikota bicara buanglah sampah pada tempatnya sesungguhnya mereka sedang bullshit.
Pada tahun 2006 penanganan sampah di Mustika Tigaraksa menjadi acuan keluarnya Permen PU no. 21/2006 untuk disebar di seluruh Indonesia. Konsepnya sampah dari perumahan harus 30% saja dan pemerintah tinggal buat perda saja tentang hal itu.
Sampah tidak selalu bicara tentang uang tetapi lebih kepada manajemen dan konsepnya. Kepala SKPD tentu tidak sepakat karena hal ini akan menyaingi Tupoksi mereka padahal jika dilihat sebenarnya saling komplementer, padahal malah nama baik mereka akan terangkat. Untuk sampah pasar adalah tanggung jawab pemerintah, kami hanya menangani yang di tingkat komunitas.
Pemerintah sudah mulai memperlihatkan minatnya untuk melakukan hal ini. Untuk Tangsel sebenarnya jika political will-nya ada, tentunya akan terus bertambah TPST ini, karena diketahui bahwa banyak perumahan di Kota Tangsel. Best sendiri memang melakukan perubahan mindset pemkot/pemda dan mindsetnya masyarakat. Sekarang lebih mudah karena sudah banyak contoh tidak seperti dulu yang harus dilakukan dengan kerja keras. Saat ini kami malah kebanyakan permintaan.
Yang BEST lakukan pernah ditiru oleh Departemen PU dan dilakukan serentak di seluruh Indonesia dibuat secara massal bangunan-bangunannya tetapi tidak berhasil karena pendekatan yang dilakukan berbeda apalagi dibangun dengan mempergunakan kontraktor (kontraktual) karenaCapacity building terhadap masyarakattidak dilakukan. Coba perhatikan begitu antusiasnya mereka yang mengelola sampah di Bermis, lebih baik mereka sombong daripada minder. Jadi biarkan masyarakat dilibatkan penuh, mereka mengelola, dari mereka untuk mereka oleh mereka.
Apa yang menarik dari pengalaman bapak mengelola sampah selama ini ? yang menarik adalah saat ini banyak pemerintah daerah yang sudah berminat, ada trend yang berubah dari masyarakat, kedua adalah resistensi dari masyarakat yang kuat pada saat mereka tidak tahu. Kami pun tidak bisa memaksakan semua orang akan setuju dengan apa yang kami lakukan, mereka yang kontra tentunya menjadi proses pembelajaran bagi kami. Saya enjoy hingga sekarang melakukannya. Sekarang kami kelebihan order tahun kemarin proyek kami 70proyek dengan SDM terbatas. Kami juga punya banyak kantor di tempat lain seperti di Medan, padang, Riau dll kami tidak kebingungan memilih tempat bekerja. Kami punya proyek gagal di Taman Banten Lestari, itu tandanya kita masih manusia. Kamipun cerita dan belajar dari yang gagal. Kami bangun 27 MCK dan 4 buahnya pernah gagal. Kami juga mendapat penghargaan dan evaluasi yang baik dari Jerman. Ada 7 organisasi yang mendapat bantuan penuh dari pemerintah jerman dan BEST juga dievaluasi sangat baik. Saya banyak belajar dari bangsa jerman yang berkemauan keras tidak mau mengalah, tepat waktu, sabar. Kami bekerja not only money tapi kami bekerja dengan membangun networking, sharing knowledge dan experience.Good heart in good living. Membela orang miskin tidak harus menjadi miskin tapi dilakukan dengan cara yang halal. Selain TPST kami juga punya yang kami namakan RBU (Recycle building Unit).
Wawancara dengan Pak hamzah Direktur BEST.(villa melati mas 2011) by Muhlisin, Sophie dan Romly R.